Yogyakarta, purwokerto.info – Bank Indonesia terus memperkuat perannya dalam menjaga stabilitas harga dan ketahanan pangan di wilayah Banyumas Raya, mencakup Kabupaten Banyumas, Cilacap, Purbalingga, dan Banjarnegara. Melalui berbagai strategi dan kolaborasi lintas sektor, Bank Indonesia bersama pemerintah daerah berupaya mengendalikan inflasi, khususnya dari sektor pangan yang masih menjadi komponen utama pendorong kenaikan harga.
Kepala Unit Data Statistik dan Kehumasan Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Purwokerto, Alnopri Hadi, menjelaskan bahwa berdasarkan data bulan Juni 2025, inflasi year-on-year di Purwokerto tercatat sebesar 2,00%, sedangkan di Cilacap mencapai 2,18%. Angka ini masih berada dalam kisaran target nasional, yaitu 2,5% ± 1%, dengan inflasi pangan ditetapkan dalam rentang 3-5%.
“Strategi pengendalian inflasi tetap mengacu pada pendekatan 4K, yaitu keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan komunikasi yang efektif. Di samping itu, digitalisasi data juga menjadi pilar penting dalam mendukung kebijakan ini,” terang Alnopri dalam kegiatan capacity building wartawan Banyumas Raya di Yogyakarta, Senin (28/07/2025).
Penguatan Kebijakan dari HLM TPIP dan TPID
Hasil High Level Meeting Tim Pengendali Inflasi Pusat (TPIP) dan TPID Provinsi Jawa Tengah menegaskan pentingnya sinergi antara pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota dalam menjaga ketahanan pangan. Salah satu fokus kebijakan tahun ini adalah penguatan pemanfaatan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) yang akan dimasukkan ke dalam rencana tata ruang wilayah (RT/RW) masing-masing daerah.
“Untuk Banyumas, proses pengajuan LP2B sudah diajukan ke Kementerian. Setelah disetujui dan ditetapkan oleh Presiden, akan diterbitkan peraturan daerah (Perda) yang mengatur lokasi-lokasi LP2B,” ujar Alnopri.
Langkah konkret lainnya yang didorong adalah penguatan kerjasama petani lokal untuk menjamin ketersediaan stok dan menstabilkan harga. Pengendalian harga juga didukung oleh program penyerapan hasil panen melalui pengembangan hilirisasi produk pertanian serta penyediaan sarana logistik seperti gudang dan cold storage.
“Tujuannya agar hasil panen tidak langsung habis diserap pasar, melainkan dapat disimpan untuk kebutuhan jangka panjang, sehingga stok tetap tersedia sepanjang tahun,” pungkas Alnopri.
Dari sisi pertumbuhan ekonomi, Banyumas Raya menunjukkan kontribusi signifikan di Triwulan I 2025. Kabupaten Cilacap tercatat sebagai penyumbang terbesar terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) wilayah, disusul Banyumas, Purbalingga, dan Banjarnegara. Sektor andalan di kawasan ini meliputi industri pengolahan, pertanian, kehutanan dan perikanan, serta perdagangan besar dan eceran.
Dengan strategi yang komprehensif dan kolaboratif, Bank Indonesia bersama pemangku kebijakan di tingkat daerah optimistis dapat menjaga stabilitas harga, memperkuat ketahanan pangan, serta mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan di Banyumas Raya. ***