Banyumas, purwokerto.info – Dalam rangka mengendalikan penyebaran penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD), tim dosen dari Poltekkes Kemenkes Semarang melaksanakan kegiatan pengabdian masyarakat di Desa Pandak, Kecamatan Baturraden, Kabupaten Banyumas.
Kegiatan ini dilaksanakan sejak 30 Agustus hingga 7 September 2025 dengan fokus pada pendampingan penggunaan larvitrap modifikasi dan atraktan dari jerami padi sebagai inovasi pengendalian vektor nyamuk Aedes sp.
Kegiatan bertema “Pendampingan Penggunaan Atraktan dari Jerami Padi (Oryza sativa) dan Larvitrap Modifikasi serta Pelaksanaan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) untuk Mengendalikan Vektor DBD di Desa Pandak” ini melibatkan tim pengabdi dari Poltekkes Kemenkes Semarang Jurusan Kesehatan Lingkungan (JKL), yaitu Arif Widyanto, S.Pd., M.Si, Agus Subagiyo, SIP, M.Kes, Dr. Mela Firdaust, S.ST, M.KL, dan Retno Kusumaningrum, S.ST.
Menurut Arif Widyanto, kegiatan ini bertujuan mendampingi kader kesehatan Desa Pandak dalam proses pembuatan dan penggunaan larvitrap modifikasi serta atraktan dari jerami padi yang efektif sebagai perangkap larva nyamuk.
“Kami ingin memberdayakan masyarakat melalui kader desa agar mampu secara mandiri membuat alat pengendali nyamuk berbasis bahan lokal dan murah, serta terus aktif melakukan PSN secara rutin dan berkesinambungan,” jelas Arif.

Larvitrap
Lebih lanjut, Arif menjelaskan tahapan kegiatan tersebut, pada 30 Agustus 2025 tentang pembimbingan dan pelatihan kader tentang cara pembuatan dan penggunaan larvitrap modifikasi serta atraktan dari jerami padi. Selain itu juga pendampingan terhadap kader tentang pemberantasan sarang nyamuk vektor DBD (PSN-DBD).
Pada tanggal 1 hingga 6 September 2025, tentang pendampingan teknis cara pengamatan dan penghitungan larva nyamuk yang terperangkap.
“Dan pada 7 September 2025 tentang pengambilan larvitrap dari rumah-rumah warga untuk evaluasi hasil penangkapan larva,” terangnya.
Menurut Arif, Larvitrap modifikasi yang digunakan merupakan kombinasi dari stoples plastik bening, pipa paralon hitam, dan kawat kasa. Alat ini dirancang khusus untuk menarik dan menjebak larva nyamuk Aedes sp., vektor utama penyebab DBD.

Atraktan
Sementara itu, atraktan dibuat dari jerami padi yang telah dikeringkan dan dipotong-potong sepanjang 5 cm. Jerami kemudian direndam selama 6 hari dengan konsentrasi 20 gram per liter air.
“Larutan rendaman jerami ini berfungsi menarik nyamuk betina untuk bertelur di dalam larvitrap,” jelasnya.
Tim pengabdi mengimbau agar masyarakat Desa Pandak dan sekitarnya dapat menerapkan kegiatan PSN-DBD ini secara berkelanjutan dan menggunakan larvitrap modifikasi serta atraktan untuk mengendalikan vektor DBD.
“Penggunaan larvitrap modifikasi dengan atraktan lokal diharapkan mampu menekan populasi nyamuk Aedes sp. secara signifikan dan menurunkan angka kasus DBD di wilayah tersebut,” harapnya.
Sementara itu, Kepala Desa Pandak, Rasito menyatakan bahwa kegiatan seperti ini sangat bermanfaat bagi masyarakat, khususnya dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan warga desa.
“Kami sangat menyambut baik kegiatan pengabmas ini. Kehadiran para akademisi dan mahasiswa tidak hanya memberikan wawasan baru, tetapi juga membangun semangat kolaborasi antara desa dan perguruan tinggi,” ujar Rasito. ***