Mas Adin dan Gerobak Kopi-nya, Mencari Asa Lewat Rasa di Pinggir Jalan Banyumas

Purwokerto, purwokerto.info – Di sudut jalan yang teduh di pagi hari, aroma kopi menyeruak dari sebuah gerobak sederhana. Tak ada papan nama mencolok, hanya jejeran gelas plastik dan senyum ramah dari seorang pemuda berusia 22 tahun yang akrab disapa Mas Adin. Di balik gerobak itu, Fajar Nurul Abidin meracik mimpi lewat secangkir kopi demi secangkir kopi.

Berawal dari hobi dan semangat mencoba hal baru, Mas Adin kini memulai perjalanannya sebagai peracik kopi jalanan dengan konsep street coffee, gaya yang masih langka di Kabupaten Banyumas.

Ia bukan barista dari sekolah perhotelan, bukan pula lulusan kuliner. Mas Adin adalah lulusan SMK Negeri 2 Banyumas jurusan teknik pengelasan, yang sempat mengadu nasib di pabrik otomotif Karawang selama dua tahun.

“Awalnya sih lihat konsep street coffee di TikTok. Saya pikir menarik banget dan di Banyumas belum ada. Kebetulan saya juga suka banget ngulik soal kopi,” ujarnya mengisahkan, Selasa (30/7/2025) pagi.

Usai kontraknya habis di awal 2024, Adin pulang kampung dan sempat menjajal berbagai pekerjaan, dari kurir hingga driver Shopee Food. Namun, justru dari secangkir kopi yang ia racik sendiri di rumah, pintu rezeki terbuka. Selama tiga bulan penuh, ia bereksperimen. Sendiri. Meracik, mencicipi, memperbaiki rasa.

“Saya eksperimen dulu di rumah, belajar sendiri. Setelah rasa dan konsepnya dirasa pas, baru saya berani jualan,” katanya.

Kini, setiap hari dari pukul 06.00 hingga 12.00 siang, gerobak kecilnya mangkal di salah satu titik strategis di Banyumas. Dengan menu mulai dari Rp6.000 hingga Rp10.000, Mas Adin menyasar kalangan muda yang gemar nongkrong tapi tetap ingin menikmati kopi dengan cita rasa berbeda.

“Target saya anak-anak muda, Gen Z yang suka nongkrong tapi pengen kopi yang beda,” tuturnya

Respons warga? Ternyata cukup antusias. Banyak pelanggan yang memuji konsep slow bar di pinggir jalan itu. Ada yang menyebut unik, ada pula yang kagum karena ide tersebut belum pernah dijajal di Banyumas.

“Belum ada yang jualan kayak gini di sini. Katanya konsepnya pinter, slow bar tapi di pinggir jalan,” kata Adin sembari tersenyum.

Meski masih dalam tahap awal, pemuda ini tetap optimistis. Ia menyadari bahwa menjaga kualitas dan konsistensi adalah kunci.

“Selama bisa cari bahan baku yang murah dan tetap jaga kualitas, insya Allah bisa jalan. Harapannya sih bisa punya pelanggan tetap dan makin banyak teman sesama pecinta kopi,” ujarnya.

Kisah Mas Adin adalah bukti nyata bahwa kreativitas dan keberanian untuk mencoba bisa membuka pintu-pintu baru. Dari gerobak kecil dan semangat besar, secangkir kopi di pinggir jalan bisa jadi awal dari cerita besar. ***