BANYUMAS, purwokerto.info – Anggota Komisi 4 DPRD Banyumas, dr. Hendry, menggelar sosialisasi bahaya HIV/AIDS di Kecamatan Sumbang dan Kembaran sebagai upaya merespons peningkatan kasus secara signifikan di dua wilayah tersebut. Kegiatan ini berlangsung di Sumbang (7/11/2025) dan Kembaran (21/11/2025), dengan peserta berasal dari unsur PKK, karang taruna, dan para guru.
Dalam kegiatan tersebut, dr. Hendry menegaskan bahwa penanggulangan HIV/AIDS tidak bisa dilepaskan dari edukasi yang intensif, terutama di tingkat desa. Menurutnya, peningkatan kasus di sejumlah kecamatan harus menjadi alarm bagi semua pihak untuk memperkuat pencegahan.
“Jika masyarakat tidak paham cara penularannya, stigma dan ketakutan justru membuat penanganan semakin sulit. Edukasi adalah kunci awal,” ujarnya.
Ia juga menambahkan bahwa pendekatan komunitas dianggap efektif untuk mengurangi kasus baru. Dengan melibatkan PKK, karang taruna, dan guru, ia berharap pesan pencegahan dapat menjangkau keluarga, remaja, hingga lingkungan sekolah secara lebih masif.
“Mereka adalah agen perubahan yang dekat dengan masyarakat. Informasi yang benar harus terus disebarkan,” kata dr. Hendry.
Ketua Tim Kerja HIV–HISP Banyumas, Retno Wuryatmi, mengungkapkan bahwa peningkatan kasus HIV/AIDS di Sumbang dan Kembaran pada tahun 2025 termasuk kategori signifikan. Menurutnya, peningkatan tersebut terlihat dari data laporan layanan serta hasil penjangkauan lapangan.
“Dua kecamatan ini menunjukkan tren kenaikan yang perlu direspons cepat melalui edukasi dan screening,” jelasnya.
Retno menegaskan bahwa stigma sosial masih menjadi hambatan terbesar dalam upaya deteksi dini. Banyak warga enggan melakukan tes karena takut dikucilkan. Ia berharap sosialisasi seperti ini dapat membuka pemahaman bahwa HIV dapat dikendalikan jika terdeteksi dan ditangani lebih awal.
Sementara itu, Kabid P2P Dinas Kesehatan Banyumas, Sito Hatmoko, yang turut hadir dalam kegiatan, menjelaskan bahwa pemerintah daerah telah menyiapkan langkah penguatan layanan, termasuk memperluas akses tes HIV dan konseling. “Kami ingin memastikan bahwa fasilitas kesehatan di tingkat kecamatan mampu memberi layanan yang cepat, ramah, dan aman,” katanya.
Ia menambahkan bahwa kolaborasi lintas sektor—mulai dari pemerintah, lembaga pendidikan, hingga kader desa—sangat penting untuk menekan penularan baru. Menurutnya, upaya penanggulangan HIV/AIDS tidak bisa hanya mengandalkan tenaga kesehatan. “Kesadaran kolektif menjadi fondasi utama,” tutur Sito.
Melalui kegiatan sosialisasi ini, diharapkan masyarakat Sumbang dan Kembaran semakin memahami pentingnya pencegahan dan deteksi dini HIV/AIDS. Pemerintah daerah bersama DPRD pun berkomitmen melanjutkan edukasi serupa ke wilayah lain dengan angka kasus yang juga menunjukkan peningkatan.
