Aksi Seribu Lilin, Solidaritas untuk Almarhum Afan Kurniawan dan Seruan Keadilan Demokrasi

Purwokerto, purwokerto.info – Hujan yang membasahi kota Purwokerto tak mampu memadamkan semangat solidaritas ratusan orang yang berkumpul untuk mengenang Afan Kurniawan, pengemudi ojek online (ojol) yang meninggal dunia setelah dilindas kendaraan Brimob dalam aksi unjuk rasa di Jakarta.

Ratusan massa dari komunitas ojek online, aliansi mahasiswa, dan masyarakat umum menggelar Aksi Seribu Lilin di Kabupaten Banyumas sebagai bentuk belasungkawa dan tuntutan keadilan atas peristiwa tragis tersebut, Jumat (29/08/2025). Suasana haru menyelimuti aksi ketika seribu lilin dinyalakan, mengelilingi sebuah kursi kosong yang di atasnya diletakkan foto mendiang Afan.

Lagu perjuangan Gugur Bunga berkumandang, disusul doa bersama. Namun, kesedihan yang mendalam tak menghalangi luapan emosi para peserta. Mereka meneriakkan seruan “Polisi Pembunuh!” sebagai bentuk kekecewaan atas insiden yang dinilai sebagai pelanggaran HAM berat.

Setiaji Heroestianto, Ketua Umum Komunitas Ojol Langlang Jagad, menyatakan bahwa aksi ini bukan hanya bentuk penghormatan kepada almarhum, tetapi juga refleksi atas kondisi demokrasi dan penegakan hukum di Indonesia.

“Kita nyalakan seribu lilin untuk rekan kami, Afan Kurniawan. Kejadian ini sangat menyedihkan. Kami menuntut keadilan dan transparansi dari pihak kepolisian,” ujar pria yang akrab disapa Ki Aji.

Sedikitnya 20 komunitas ojol di Banyumas hadir dalam aksi ini, meski sebagian batal datang akibat hujan deras. Aksi semula direncanakan di Alun-Alun Purwokerto, namun dipindahkan ke lokasi alternatif demi kenyamanan peserta.

Tak hanya ojol, mahasiswa dan elemen masyarakat turut hadir menunjukkan dukungan. Mereka mengecam keras tindakan represif aparat serta mendesak agar pelaku diberi sanksi tegas dan proses hukum dijalankan secara terbuka.

Sidiq Adi, perwakilan dari Aksi Kamisan, menegaskan bahwa aksi ini adalah bentuk solidaritas dan refleksi bersama. Ia menyebut, kematian Afan adalah tragedi kemanusiaan yang tidak boleh diabaikan oleh negara.

“Satu nyawa terlalu berharga untuk dikorbankan demi menyuarakan satu kebijakan. Seribu lilin ini menjadi simbol cahaya dan kebenaran yang harus terus menyala di tengah gelapnya demokrasi,” ujar Sidiq.

Aksi ini menjadi pengingat bahwa dalam sistem demokrasi, keselamatan warga negara harus menjadi prioritas. Peristiwa tragis ini diharapkan menjadi titik balik bagi pemerintah dan aparat keamanan untuk menegakkan keadilan, bukan menambah luka. ***