Purbalingga, purwokerto.info – Di tengah hijaunya perbukitan dan semilir angin kaki Gunung Slamet, Desa Karangreja, Kecamatan Kutasari, Purbalingga, menjadi saksi bisu semangat kemerdekaan yang diwujudkan bukan lewat upacara atau parade, melainkan melalui penanaman 1.500 pohon Tabebuya, Jumat, 8 Agustus 2025.
Aksi penanaman pohon berbunga indah ini, digelar dalam rangka menyambut Hari Ulang Tahun ke-80 Republik Indonesia. Lebih dari sekadar seremoni, kegiatan ini merepresentasikan kolaborasi lintas sektor. Perhimpunan Advokat Indonesia Suara Advokat Indonesia (Peradi SAI), Pemerintah Daerah Kabupaten Purbalingga, Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air (TKPSDA) Serayu Bogowonto, pegiat lingkungan, serta masyarakat lokal, semua bersatu dalam semangat menjaga bumi.
“Kami ingin memberi ‘kado kemerdekaan’ bagi masyarakat Purbalingga. Tidak dalam bentuk bendera atau pidato, tapi lewat sesuatu yang hidup, pohon,” ujar H. Djoko Susanto, SH, Ketua Peradi SAI Purwokerto, dengan semangat berapi-api.
Menurut Djoko, para advokat tak hanya berkutat pada urusan hukum di meja hijau.
“Kami juga punya tanggung jawab moral untuk merawat lingkungan. Penanaman ini adalah simbol keterlibatan nyata kami dalam pelestarian alam,” tegasnya.
Kegiatan ini, juga merupakan amanah dari mantan Ketua Umum DPN Peradi SAI, Dr. Juniver Girsang, SH., MH kepada Peradi SAI Purwokerto.
Tabebuya dipilih bukan tanpa alasan. Jenis pohon ini tidak hanya indah saat berbunga, tapi juga berfungsi ekologis penting karena daya serap airnya yang tinggi. Tepat ditanam di kawasan hulu yang menjadi tangkapan air bagi DAS Serayu.
Perwakilan dari Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Purbalingga, Jompong Juhartono, menyambut positif inisiatif ini.
“Kami sangat mengapresiasi. Pohon Tabebuya ini akan membantu konservasi air dan memperkuat daerah resapan. Ini sangat penting untuk keberlanjutan pasokan air bersih di masa depan,” jelasnya.
Semangat gotong royong juga terlihat dari kehadiran unsur Muspika, seperti Camat Kutasari, Koramil, Polsek, hingga Fortasi dan para relawan. Camat Kutasari, Cahyono, menekankan pentingnya keberlanjutan.
“Penanaman ini bukan akhir, justru awal. Yang penting bukan hanya menanam, tapi merawat hingga tumbuh besar dan memberi manfaat,” katanya.
Salah satu sorotan utama datang dari TKPSDA Serayu Bogowonto. Wakil Ketua Bidang Pencegahan Kerusakan SDA, Eddy Wahono, menyampaikan keprihatinan terhadap kondisi mata air yang semakin tertekan.
“Sungai Punggawa, salah satu pemasok air ke Sungai Klawing, kondisinya kritis. Debit menurun di musim kemarau, dan sebaliknya banjir saat hujan. Kita harus hentikan siklus ini dengan menanam dan menjaga pohon,” ujarnya.
Dukungan nyata juga datang dari dunia usaha. CV Aneka Sedimen Nusantara (ASN), sebuah perusahaan tambang, menyumbangkan 500 bibit pohon. “Kami ingin menunjukkan bahwa industri pun bisa peduli. Lingkungan adalah tanggung jawab bersama,” ucap Ahmad, Kepala Plant CV ASN.
Tak hanya menyemai pohon, kegiatan ini juga menyemai harapan. Harapan bahwa anak cucu kelak masih bisa menikmati air jernih dari Serayu, menikmati hawa sejuk Karangreja, dan menyaksikan ribuan Tabebuya bermekaran setiap musimnya.
Karena sesungguhnya, kemerdekaan tak hanya dirayakan, tapi juga diwariskan. Lewat pohon, lewat air, dan lewat bumi yang lestari. ***
Reaksi Kamu
Berikan reaksi atau tinggalkan respons cepat — kami ingin mendengar pendapatmu!