Kejahatan Digital Meningkat, Komdigi Bersama Akademisi Tekankan Pentingnya Keamanan Data Pribadi

Purwokerto, purwokerto.info – Angka korban penipuan digital di Indonesia terus menunjukkan tren mengkhawatirkan. Dalam kegiatan Insight Talks: Deteksi Cepat Scam – Cegah Penipuan di Media Sosial, E-Commerce dan Perbankan yang digelar Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) Republik Indonesia di Ruang Seminar Lantai 6 Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Jumat (5/12/2025), pemerintah menegaskan bahwa kejahatan digital berkembang jauh lebih cepat dibanding kemampuan masyarakat dalam mengenalinya.

Plt Direktur Ekosistem Media Komdigi, Farida Dewi Maharani, menyampaikan bahwa eskalasi kejahatan digital kini berada pada level mengkhawatirkan.

“Kasusnya semakin banyak, modusnya semakin beragam. Semakin kita terhubung secara digital, semakin besar pula peluang pihak yang tidak bertanggung jawab untuk mengeksploitasi data kita,” ujarnya dalam sambutan.

Menurut Farida, tantangan terbesar ekosistem digital Indonesia saat ini bukan lagi sekadar pembangunan infrastruktur. Infrastruktur digital telah berkembang pesat, namun ancaman terhadap keamanan digital tumbuh lebih cepat.

Ia mengutip data Keuangan Bersama Indonesia Scam Center periode November 2024 hingga September 2025 yang mencatat 274.772 laporan penipuan digital, dengan total kerugian mencapai Rp6,1 triliun.

“Ini bukan sekadar angka statistik. Ini alarm keras bahwa kita harus meningkatkan kewaspadaan dan berkolaborasi untuk menjaga ruang digital tetap aman,” tegasnya.

Farida menekankan bahwa teknologi dan regulasi saja tidak cukup. Literasi dan kesadaran digital masyarakat menjadi kunci utama untuk menekan laju kejahatan.

“Teknologi bisa canggih, regulasi bisa kuat, tapi kalau pengguna tidak waspada, ancaman tetap bisa masuk. Kita harus memastikan keamanan dimulai dari diri sendiri,” imbuhnya.

Sementara itu, Rektor Unsoed, Prof. Dr. Ir. Akhmad Sodiq, M.Sc.Agr., menilai kegiatan edukasi digital seperti ini sangat penting, terutama di era ketika masyarakat tidak bisa lepas dari perangkat digital.

“Era sekarang semuanya serba digital. Memang memudahkan, tetapi ada sisi gelapnya. Urgensinya adalah kehati-hatian, terutama terkait data pribadi,” jelas Rektor disela-sela acara.

Ia menambahkan, banyak hal teknis dan praktis tentang keamanan digital yang tidak diajarkan di bangku kuliah, sehingga peran praktisi sangat dibutuhkan untuk menutup “celah-celah pengetahuan” tersebut.

Rektor juga mengungkapkan bahwa banyak kasus penipuan digital menimpa mahasiswa, namun mereka memilih diam karena malu. Padahal kejahatan ini sangat meresahkan, terutama terkait perbankan dan transaksi digital.

“Kalau tinggal di desa tanpa gadget mungkin aman, tetapi jika setiap hari tidur dan bangun dengan gadget di tangan, literasi seperti ini sangat dibutuhkan. Ada teknologi untuk mempermudah, tapi ada juga pihak yang ingin membelokkannya,” ungkapnya.

Baik Komdigi maupun Unsoed menegaskan bahwa menjaga ruang digital adalah tanggung jawab bersama. Kolaborasi lintas sektor, pemerintah, kampus, masyarakat, dan lembaga keuangan, dipandang menjadi faktor kunci menghadapi meningkatnya kejahatan siber.

“Prioritas kita bersama adalah menciptakan ruang digital yang aman, sehat, produktif, dan berdaulat. Kolaborasi dari berbagai lini adalah kuncinya,” tutup Farida. ***