Tiga Dekade Tanpa Identitas: Kisah Pilu Mbok Dasiwen, Lansia Banyumas yang Akhirnya Dapat Perhatian Pemerintah

Banyumas, purwokerto.info – Di sebuah sudut Desa Sokawera, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, hidup seorang perempuan renta bernama Mbok Dasiwen (70). Rumahnya berdinding kalsibot, beratap genteng tua yang sebagian sudah miring, dan tanpa kamar mandi. Di sanalah ia menghabiskan hari-harinya seorang diri, tanpa keluarga, tanpa penghasilan tetap, bahkan tanpa identitas resmi sebagai warga negara.

Sudah hampir 30 tahun Mbok Dasiwen tidak memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) maupun Kartu Keluarga (KK). Akibatnya, ia tak pernah tersentuh bantuan sosial dari pemerintah, baik program bantuan lansia, bantuan pangan, maupun bedah rumah.

“Dulu sekitar tahun 2018, Pak RT lama, Pak Sobirin, sudah dua kali mencoba mengurus dokumen ke Dindukcapil. Tapi selalu dikembalikan dengan alasan datanya tidak ditemukan,” tutur Nasihin, Anggota BPD Desa Sokawera, Rabu (12/11/2025) malam.

Setiap pagi, Mbok Dasiwen berjalan menyusuri jalan tanah menuju sawah-sawah sekitar desa. Ia hanya bekerja jika ada warga yang memintanya menanam atau memanen padi. Upahnya kecil, tetapi cukup untuk membeli beras dan lauk sederhana.

“Kalau ada yang undang tandur atau panen, baru dapat kerja. Sehari-hari ya hidup seadanya, kadang dibantu tetangga,” kata Nasihin lirih.

Meski hidupnya jauh dari layak, Mbok Dasiwen tidak pernah mengeluh. Ia tetap tersenyum pada setiap orang yang lewat di depan rumahnya, seakan menyembunyikan kisah panjang kesepian dan keterasingan sebagai warga “tak tercatat”.

Kisah pilu ini akhirnya sampai ke telinga Pemerintah Kabupaten Banyumas. Malam itu juga, Asisten Administrasi Umum Sekda Banyumas, Amrin Ma’ruf, langsung memerintahkan pihak kecamatan dan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dindukcapil) untuk turun ke lapangan melakukan verifikasi dan pendataan ulang.

Langkah cepat ini disambut haru oleh warga Desa Sokawera. Banyak yang berharap agar Mbok Dasiwen segera memiliki dokumen kependudukan, sehingga bisa mendapatkan hak-haknya sebagai warga negara.

“Kami apresiasi gerak cepat pemerintah. Semoga Mbok Dasiwen segera punya KTP dan KK agar bisa menerima bantuan sosial,” ucap salah satu warga.

Kisah Mbok Dasiwen adalah potret nyata dari wajah kemiskinan dan keterpinggiran administratif yang masih menyelimuti sebagian warga di pelosok negeri. Namun di balik kisah pilu itu, kini muncul secercah harapan, bahwa di usia senjanya, ia tak lagi hidup tanpa identitas.

Jika semua proses berjalan lancar, bukan tidak mungkin dalam waktu dekat Mbok Dasiwen akan menerima dokumen kependudukan pertamanya setelah tiga dekade, sekaligus menjadi pintu menuju kehidupan yang lebih layak dan manusiawi. ***